Seketika, suara gemuruh dari kejauhan kembali menggema. Kali ini, Gabriel bisa merasakan getaran di bawah kakinya, seakan-akan bumi sendiri merespons panggilan dari masa lalu yang terpendam.
Dia mendekati sebuah plaza yang luas, di tengahnya terdapat patung yang usang dan diapit oleh air mancur yang telah lama mati. Gabriel berdiri di depan patung itu, merenungkan arti dari keberadaannya di tempat yang terlupakan ini.
Ketika malam mulai menjelang dan langit dipenuhi oleh ribuan bintang, Gabriel memutuskan untuk mencari tempat berteduh untuk malam ini. Di salah satu sudut plaza, ia menemukan sebuah bangunan kecil yang nampaknya masih bisa digunakan. Dengan hati-hati, Gabriel memasuki bangunan itu dan menemukan sebuah ruangan yang relatif terjaga baik dari kerusakan.
Dia merenung sejenak, memikirkan apa yang akan ia temui di kota ini esok hari. Kisah-kisah tentang kota-kota tersembunyi mulai hidup di pikirannya, dan pertanyaan-pertanyaan tentang siapa yang meninggalkan kota ini begitu saja tanpa jejak mulai menghantuinya.
Gabriel merasa ada yang aneh di kota ini. Namun, rasa ingin tahunya yang mendalam mengalahkan rasa takutnya. Dengan hati yang penuh dengan kegembiraan dan rasa penasaran yang tumbuh, ia memutuskan untuk tidur malam itu dengan harapan bahwa esok pagi akan membawa jawaban yang ia cari.