Suatu hari, ketika Gabriel sedang menyusuri sebuah lorong sempit di pinggiran kota, ia tiba-tiba dihadang oleh sekelompok orang yang mengenakan pakaian hitam dan wajah yang tertutup topeng. Mereka keluar dari bayangan-bayangan dengan langkah yang mantap, mengepung Gabriel di tengah lorong yang sunyi.
"Siapa kau dan apa yang kau cari di sini?" desak salah satu dari mereka dengan suara yang dingin dan tajam.
Gabriel mengangkat kedua tangannya dengan hati-hati. "Nama saya Gabriel. Saya hanya datang untuk mencari kebenaran tentang kota ini."
Mereka saling bertukar pandang sebentar, sebelum salah satu dari mereka berbicara lagi, kali ini dengan suara yang lebih lembut namun penuh dengan peringatan. "Kota ini memiliki rahasia yang tidak sembarang orang boleh ketahui. Perjalananmu di sini mungkin membahayakan dirimu sendiri."
Gabriel tidak lari. Sebaliknya, dia berdiri tegak, matanya bersinar dengan tekad yang tak tergoyahkan. "Saya tidak akan pergi sebelum menemukan jawaban yang saya cari."
Para penjaga itu saling pandang sejenak lagi, seolah-olah mempertimbangkan langkah selanjutnya. Akhirnya, yang pertama berbicara kembali, kali ini dengan suara yang hampir seperti peringatan terakhir, "Berhati-hatilah, Gabriel. Kebenaran bisa jauh lebih berbahaya daripada yang kau bayangkan."
Dengan itu, mereka menghilang kembali ke dalam kegelapan lorong yang sempit, meninggalkan Gabriel dalam pertimbangan yang mendalam. Dia merenung sejenak, memikirkan apa yang harus dilakukannya selanjutnya. Konflik telah tiba, dan pertempuran untuk mengungkap rahasia kota ini baru saja dimulai.