Gabriel dan kelompok Penjaga Kebenaran berjalan perlahan melalui jalan-jalan sempit kota yang sunyi. Angin malam yang sejuk berdesir, membawa aroma tanah basah dan dedaunan kering. Wanita tua memimpin jalan, dengan langkah mantap dan penuh kewaspadaan, sementara anggota kelompok lainnya berjaga di sekeliling mereka.
Mereka tiba di sebuah bangunan besar yang tampak lebih terawat dibandingkan yang lain, dengan pintu kayu yang dihiasi ukiran rumit. Wanita tua mengetuk pintu tiga kali dengan irama tertentu, dan pintu itu terbuka perlahan, memperlihatkan sebuah ruangan yang hangat dan terang benderang.
Di dalam, Gabriel melihat beberapa anggota Penjaga Kebenaran lainnya yang tampak sedang sibuk mempersiapkan sesuatu. Meja-meja dipenuhi dengan buku-buku kuno, gulungan peta, dan alat-alat yang tidak dikenali Gabriel. Kristal biru yang mereka bawa ditempatkan dengan hati-hati di atas sebuah altar kecil di tengah ruangan, dan sinarnya yang lembut memancar ke seluruh ruangan.
Wanita tua itu menatap Gabriel dengan tatapan penuh arti. "Sekarang, kita berada di tempat yang aman. Aku ingin memperkenalkan dirimu kepada para pemimpin kami."
Gabriel mengikuti wanita tua itu ke ujung ruangan, di mana tiga orang tua lainnya duduk di sekitar meja bundar. Wajah mereka menunjukkan kebijaksanaan dan pengalaman yang mendalam. Mereka menyambut Gabriel dengan anggukan ramah.
"Kami telah mendengar tentang kedatanganmu, Gabriel," kata salah satu dari mereka, seorang pria dengan janggut putih panjang dan mata yang tajam. "Kami percaya bahwa kedatanganmu bukanlah kebetulan. Ada takdir yang membawamu ke sini."
Gabriel merasa sedikit gugup, namun ia berusaha tetap tenang. "Saya hanya ingin mencari kebenaran tentang kota ini. Ada begitu banyak misteri yang belum terpecahkan."
Wanita tua itu tersenyum lembut. "Kau telah menemukan peta yang sangat berharga. Itu adalah bagian dari teka-teki besar yang kami coba pecahkan selama bertahun-tahun. Dengan bantuanmu, kami berharap bisa mengungkap rahasia yang tersembunyi di balik dinding kota ini."
Gabriel mengeluarkan peta yang ia temukan dari jaketnya dan meletakkannya di atas meja. Para pemimpin Penjaga Kebenaran mempelajari peta itu dengan seksama, mencatat setiap detail dan simbol yang ada.
"Ini adalah peta kuno yang menunjukkan lokasi artefak-artefak penting di kota ini," kata pria berjanggut putih. "Namun, ada lebih banyak yang harus kita pelajari. Setiap simbol di peta ini mungkin mengarah ke tempat yang menyimpan rahasia lebih dalam."
Gabriel memperhatikan peta itu dengan cermat. "Apakah ada yang tahu arti dari simbol-simbol ini?"
Wanita tua itu mengangguk. "Beberapa di antaranya kami kenali, namun masih banyak yang belum terpecahkan. Kami butuh bantuanmu untuk menyelidiki lebih lanjut."
Saat mereka terus berdiskusi, suara langkah kaki yang lambat terdengar mendekat. Gabriel berbalik dan melihat seorang gadis muda dengan rambut panjang yang diikat rapi, membawa nampan berisi cangkir teh dan makanan ringan.
"Ini untuk menghangatkan tubuh kalian," katanya dengan senyum ramah. "Kami tahu perjalanan ini sangat melelahkan."
Gabriel menerima cangkir teh hangat itu dengan rasa terima kasih. Ia merasa tubuhnya mulai rileks sedikit demi sedikit, namun pikirannya tetap fokus pada tugas yang dihadapinya.
"Besok pagi, kita akan memulai pencarian kita," kata wanita tua itu. "Kita harus berhati-hati dan bekerja sama untuk menghadapi bahaya yang mungkin muncul. Gabriel, istirahatlah malam ini. Kau akan membutuhkan kekuatanmu untuk perjalanan yang panjang."
Gabriel mengangguk, merasa sedikit lega meskipun ketegangan masih ada. Ia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan banyak tantangan yang akan ia hadapi. Namun, dengan bantuan Penjaga Kebenaran, ia merasa siap untuk mengungkap rahasia kota tersembunyi ini.