Gabriel bangun pagi dengan matahari yang lembut menyinari ruangan melalui jendela kecil di ruang pertemuan. Ruangan itu dipenuhi dengan cahaya pagi yang hangat, menciptakan suasana damai di tengah kota yang sepi.
Dia menyusuri ruangan dengan perlahan, menyentuh permukaan meja yang dipenuhi buku-buku kuno dan gulungan peta. Di sudut ruangan, sebuah kompor kecil memercikkan aroma teh yang baru diseduh. Gabriel merasakan kenyamanan dari suasana pagi itu, meskipun pikirannya penuh dengan misteri dan teka-teki yang harus dipecahkan.
Wanita tua itu, yang dikenalnya sebagai Ibu Marla, datang membawa sekeranjang roti dan buah-buahan segar. "Selamat pagi, Gabriel," katanya dengan suara lembut. "Aku harap kau tidur nyenyak."
Gabriel membalas senyumannya. "Selamat pagi, Ibu Marla. Terima kasih atas semua ini. Pagi ini terasa sangat tenang."
Mereka duduk bersama, menikmati sarapan yang sederhana namun memuaskan. Ibu Marla berbagi cerita tentang kota ini, bagaimana kota ini pernah menjadi pusat perdagangan dan kebudayaan yang megah sebelum masa-masa kelam yang menyebabkan kemundurannya.
Sementara mereka makan, salah satu anggota Penjaga Kebenaran, seorang pria berambut perak bernama Eldrin, datang dengan secangkir teh di tangannya. "Kami telah memeriksa peta yang kau temukan lebih dalam," katanya sambil duduk di meja. "Ada beberapa lokasi yang tampaknya menyimpan petunjuk penting."
Eldrin meletakkan beberapa gambar dan catatan di atas meja, memperlihatkan simbol-simbol dan tulisan kuno yang ada di peta. Gabriel memperhatikan dengan seksama, mencoba memahami setiap detail dan kemungkinan arti dari simbol-simbol tersebut.
Sementara itu, seorang gadis muda bernama Lyra, yang sebelumnya membawa makanan, datang dengan sebuah kotak kecil. "Ini adalah peralatan yang mungkin kalian butuhkan untuk penjelajahan hari ini," katanya sambil membuka kotak tersebut. Di dalamnya terdapat senter, alat pemindai kuno, dan beberapa kompas yang tampaknya sangat tua.
Gabriel mengangkat alat pemindai dan memeriksanya dengan hati-hati. "Apa ini digunakan untuk?" tanyanya.
Lyra menjelaskan, "Alat ini bisa membantu kita mendeteksi energi magis atau mekanis yang mungkin tersembunyi di sekitar kita. Kota ini penuh dengan mekanisme dan artefak yang mungkin memerlukan perhatian khusus."
Gabriel merasa semakin siap untuk petualangan yang akan datang. Setelah sarapan, mereka bersiap-siap untuk memulai pencarian. Ibu Marla dan Eldrin memimpin Gabriel dan Lyra keluar dari bangunan, menuju lokasi pertama yang ada di peta.
Mereka melewati jalan-jalan kota yang sunyi, suara langkah kaki mereka satu-satu memecah keheningan. Beberapa bangunan tampak lebih terawat, namun masih ada rasa kesunyian yang menyelimuti tempat tersebut. Gabriel merasa ada sesuatu yang menunggu di balik setiap sudut, setiap bayangan yang menyelip di antara reruntuhan.
Akhirnya, mereka tiba di sebuah bangunan tua yang tampak lebih besar dari yang lain, dengan pintu masuk yang tertutup rapat. Di atas pintu, terdapat simbol yang sama dengan yang ada di peta. Eldrin memeriksa simbol tersebut dengan alat pemindai, yang mulai berkedip dengan cahaya biru lembut.
"Ini adalah titik pertama kita," kata Eldrin. "Kita harus mencari cara untuk membuka pintu ini."
Gabriel dan Lyra mulai memeriksa sekitar pintu, mencari celah atau mekanisme yang mungkin tersembunyi. Mereka menemukan beberapa ukiran kecil di dinding sekeliling pintu yang tampaknya membentuk pola tertentu.
Sambil bekerja, Gabriel merasakan ketegangan dan rasa penasaran yang semakin mendalam. Setiap langkah yang mereka ambil, setiap petunjuk yang mereka temukan, membawa mereka lebih dekat untuk mengungkap misteri kota ini.