Di ujung jalan berliku yang tertutup kabut, terdapat sebuah kota kecil yang tidak tercatat dalam peta. Penduduknya hidup dalam kedamaian yang terlindungi dari dunia luar, di tengah hutan yang lebat dan sungai yang tenang.
Di sinilah Gabriel, seorang pemuda yang tinggal bersama keluarganya di tepi hutan, menjalani kehidupan yang sederhana namun penuh rasa ingin tahu. Sejak kecil, Gabriel sering terpesona oleh cerita-cerita tentang kota-kota legendaris yang konon tersembunyi di balik kabut dan waktu.
Pada suatu hari yang cerah, ketika sinar mentari menerobos celah-celah pepohonan, Gabriel memutuskan untuk menjelajahi hutan yang belum pernah ia telusuri sebelumnya. Dengan hati penuh semangat dan langkah hati-hati, ia merangkak melalui semak belukar yang lebat dan menyeberangi sungai yang mengalir tenang.
Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Gabriel tiba di suatu tempat yang tidak pernah ia lihat sebelumnya: sebuah kota yang tersembunyi di balik rimbunnya pepohonan. Bangunan-bangunan kuno berdiri megah, dihiasi dengan ukiran dan hiasan yang mengingatkan pada zaman yang telah berlalu.
Dengan hati berdebar, Gabriel mengelilingi kota itu, memerhatikan jalan-jalan yang sunyi namun penuh dengan aura kehidupan yang telah lama terlupakan. Tiba-tiba, di balik reruntuhan sebuah bangunan tua, ia melihat sosok bayangan yang misterius menghilang dengan cepat ke dalam kegelapan.
"Inikah kota yang selama ini aku cari?" gumam Gabriel, terpana dan penuh kebingungan. Namun, sebelum ia bisa mengejar bayangan itu, suara gemuruh menggema di kejauhan, menggugah kota yang terlelap dari tidurnya.