Kisah-Kisah Kota Tersembunyi 15

Gabriel dan tim berdiri dalam keheningan yang aneh. Mereka berada di kota yang sama, namun seolah dalam dimensi waktu yang berbeda. Kota yang dulunya sunyi dan penuh reruntuhan kini tampak hidup dan megah, dengan bangunan yang menjulang tinggi, aliran sungai yang jernih, serta jalanan yang dipenuhi oleh orang-orang. Semuanya terasa nyata, namun juga seperti ilusi dari masa lalu.

"Apakah ini... masa lalu?" tanya Lyra, matanya berbinar melihat kemegahan di sekeliling mereka.

Eldrin, yang paling banyak tahu tentang ilmu magis, mendekati artefak di tengah ruangan dan mengamatinya dengan penuh perhatian. "Sepertinya kita telah tersedot ke dalam ruang waktu yang berbeda, mungkin ini adalah efek dari Pintu Gerbang Waktu yang kita aktifkan."

Gabriel mengangguk setuju, namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya. "Jika kita berada di masa lalu, kenapa kita tidak berinteraksi langsung dengan orang-orang di sekitar kita?"

Lyra mencoba mendekati sekelompok orang yang sedang berjalan, namun mereka berlalu tanpa melihatnya, seolah-olah dia tidak ada di sana. "Kita hanya pengamat di sini," kata Lyra pelan. "Mungkin ini hanya proyeksi dari peristiwa yang sudah terjadi."

Mereka memutuskan untuk menjelajahi kota tersebut, berharap menemukan petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu yang menyebabkan kehancuran kota ini. Saat mereka berjalan melalui jalan-jalan megah yang penuh dengan aktivitas, Gabriel memperhatikan simbol-simbol dan ukiran di dinding-dinding bangunan. Banyak dari simbol itu mirip dengan yang ada di peta dan buku kuno yang mereka temukan.

"Mungkin tempat ini akan menunjukkan kepada kita apa yang sebenarnya terjadi di kota ini," kata Gabriel dengan nada penuh harapan.

Mereka tiba di alun-alun besar yang dihiasi patung-patung megah. Di tengah alun-alun, terdapat sebuah bangunan besar yang tampaknya merupakan pusat kota. Bangunan itu memiliki arsitektur yang lebih megah dan rumit dibandingkan bangunan lainnya, dengan simbol-simbol kuno yang bersinar lembut di bawah sinar matahari.

Eldrin menunjuk ke arah pintu besar bangunan tersebut. "Sepertinya inilah pusat dari semua kekuatan di kota ini. Mungkin kita akan menemukan jawabannya di sana."

Saat mereka mendekati bangunan tersebut, pintu besar terbuka perlahan, mengeluarkan suara berderit yang dalam. Mereka masuk ke dalam aula yang luas, dengan dinding-dinding yang dipenuhi dengan lukisan dan ukiran yang menggambarkan sejarah kota. Di ujung aula, terdapat sebuah singgasana yang besar, di mana seorang pria berpakaian mewah duduk dengan wajah penuh kekuasaan.

"Dia pasti pemimpin kota ini," bisik Lyra, matanya terpaku pada pria di singgasana.

Tiba-tiba, suasana di dalam ruangan berubah. Sejumlah sosok misterius yang mengenakan jubah hitam masuk ke dalam aula. Mereka mendekati singgasana dan membungkuk di hadapan pemimpin kota.

Gabriel, yang masih bersembunyi di balik salah satu pilar besar, mencoba mendengarkan percakapan mereka. Dari percakapan singkat itu, Gabriel mengetahui bahwa sosok-sosok berjubah hitam tersebut adalah penasihat rahasia dari pemimpin kota. Mereka berbicara tentang rencana besar yang akan segera dilakukan, sebuah rencana yang berhubungan dengan artefak kuno yang tersembunyi di bawah tanah kota.

"Kita harus memastikan bahwa semua kekuatan ini tetap berada di tangan kita," kata salah satu dari mereka dengan nada licik. "Jika artefak tersebut jatuh ke tangan yang salah, kota ini bisa runtuh."

Pemimpin kota itu mengangguk perlahan. "Kita tidak bisa membiarkan rahasia kota ini diketahui oleh siapapun. Termasuk oleh rakyat kita sendiri. Terus awasi mereka."

Lyra menahan napas, merasa ngeri dengan percakapan itu. "Mereka berencana menyembunyikan sesuatu dari penduduk kota. Ini mungkin penyebab kehancuran."

Sebelum mereka bisa melanjutkan penyelidikan lebih jauh, ruangan mulai bergetar. Cahaya dari artefak di tangan Gabriel semakin terang, dan tiba-tiba, semuanya berputar. Gabriel, Lyra, dan Eldrin tersedot kembali ke ruangan asal mereka di reruntuhan.

Mereka terjatuh ke lantai dengan napas terengah-engah, merasa terguncang oleh transisi mendadak itu. Gabriel meraih artefak yang masih bersinar di tangannya, lalu melihat ke arah Lyra dan Eldrin. "Kita tidak punya banyak waktu. Kota ini runtuh karena kekuatan yang tersembunyi di bawah tanah. Mereka menyembunyikan sesuatu yang lebih besar dari sekadar artefak."

Ibu Marla dan para Penjaga Kebenaran lainnya masuk ke ruangan, tampak khawatir dengan kegaduhan yang baru saja terjadi. "Apa yang terjadi? Apa yang kalian temukan?" tanyanya.

Gabriel berdiri dengan tegas, memegang artefak di tangannya. "Kita harus pergi ke pusat kota. Di sana, di bawah tanah, ada sebuah kekuatan besar yang harus kita ungkap. Rahasia yang mereka sembunyikan berhubungan dengan kehancuran kota ini, dan kita harus menghentikan kelompok yang mengejar artefak sebelum mereka menggunakannya."

Ibu Marla mengangguk dengan serius. "Baiklah. Kita akan mempersiapkan semuanya. Tapi, kita harus berhati-hati. Jika kelompok yang kalian hadapi sebelumnya tahu tentang ini, mereka pasti tidak akan tinggal diam."