Kisah-Kisah Kota Tersembunyi 18

Ketegangan di ruangan itu meningkat seiring dengan semakin dekatnya pertarungan yang tak terelakkan. Gabriel menggenggam pedangnya dengan lebih erat, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Eldrin merapal mantra pelindung, sementara Lyra mengeluarkan busur dan menyiapkan anak panah.

Pertarungan pun meletus dalam ruangan tersebut. Sosok-sosok berjubah itu menyerang dengan sihir gelap dan pedang, sementara Gabriel dan timnya bertahan dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Cahaya dari bola kristal semakin kuat, membuat ruangan itu dipenuhi dengan kilatan energi yang membingungkan.

Gabriel melawan musuh dengan ketangkasan luar biasa, namun setiap kali mereka berhasil mengalahkan satu musuh, yang lain segera muncul, seolah-olah dipanggil dari kegelapan. "Mereka tidak ada habisnya!" seru Lyra sambil melepaskan panah berturut-turut ke arah musuh yang mendekat.

Di tengah kekacauan itu, pemimpin kelompok berjubah hitam mendekati bola kristal. Tangannya terulur ke arahnya, bersiap untuk mengklaim kekuatan yang tersimpan di dalamnya.

"Tidak boleh!" teriak Gabriel, berusaha menerobos barisan musuh untuk menghentikan pria itu.

Namun, saat pria itu hampir menyentuh bola kristal, sesuatu yang tak terduga terjadi. Bola kristal itu meledak dengan cahaya terang yang menyilaukan, memancarkan gelombang energi dahsyat ke seluruh ruangan. Semua orang terlempar ke belakang, jatuh keras ke lantai.

Saat cahaya itu meredup, Gabriel bangkit perlahan, merasa tubuhnya lelah dan sakit. Dia melihat ke arah bola kristal, yang kini telah hancur berkeping-keping. Pria bertopeng itu tergeletak di dekat altar, tak sadarkan diri. Namun, meskipun bola kristal hancur, ruangan itu masih bergetar dengan kekuatan yang tersisa.

"Kita tidak bisa tinggal di sini," kata Eldrin dengan suara mendesak. "Energi dari bola kristal ini bisa menyebabkan reruntuhan di tempat ini. Kita harus keluar sebelum semuanya runtuh."

Mereka bergegas keluar dari ruangan itu, berlari melalui lorong yang sama yang mereka lewati sebelumnya. Getaran semakin kuat, dan puing-puing mulai berjatuhan dari langit-langit. Namun, mereka berhasil mencapai permukaan tepat sebelum lorong bawah tanah itu benar-benar runtuh.

Di luar, mereka berhenti untuk menarik napas. Kota yang megah dan penuh rahasia itu kini tampak tenang di malam yang sunyi. Gabriel menatap ke arah reruntuhan di bawah mereka, merasa lega bahwa mereka berhasil menghentikan rencana gelap para musuh.

Namun, meski mereka telah berhasil menghancurkan bola kristal, Gabriel tahu bahwa ini bukan akhir. Masih ada banyak misteri yang belum terungkap, dan ancaman baru bisa muncul kapan saja.

"Kita telah menyelamatkan kota ini untuk sementara," kata Ibu Marla dengan suara pelan. "Tapi kekuatan waktu tidak bisa dianggap enteng. Kita harus terus waspada."

Gabriel, Lyra, dan Eldrin setuju. Mereka telah melawan kekuatan gelap, tetapi pertempuran belum benar-benar usai. Di depan mereka, jalan panjang menuju kebenaran masih menunggu untuk diungkapkan.