Gabriel tertegun mendengar bisikan yang terasa sangat nyata, meskipun dunia di sekitarnya berubah seperti mimpi. Dia mencoba mendekati pria berjubah hitam itu, namun semakin dia melangkah, semakin jauh sosok itu tampak. Suasana di kota tersebut mulai terasa aneh; bayangan-bayangan di jalan bergerak sendiri, dan wajah-wajah orang di sekelilingnya tampak buram, seolah waktu di tempat ini tidak berjalan dengan normal.
“Gabriel…,” suara Lyra memanggilnya samar-samar, tetapi suaranya terdengar seperti dari tempat yang jauh. Gabriel berhenti sejenak, kebingungan. Apakah dia masih di lembah bersama Lyra dan yang lainnya, atau sudah terseret ke masa lain? Bisikan yang terus mengganggu pikirannya membuatnya sulit berkonsentrasi.
Namun, sebelum Gabriel bisa berpikir lebih jauh, pria berjubah hitam itu berhenti, menoleh ke arahnya. Gabriel tertegun ketika melihat wajah pria itu perlahan muncul dari balik bayangan. Itu bukan wajah asing—dia mengenali pria itu. Dia adalah salah satu pemimpin dari kota kuno yang mereka lihat dalam proyeksi sebelumnya, yang terlibat dalam kehancuran kota tersebut.
"Siapa kau sebenarnya?" tanya Gabriel dengan suara serak, mencoba menahan rasa takut yang mulai merayap di tubuhnya.
Pria itu tersenyum tipis, tetapi senyumnya tampak penuh rahasia dan ancaman. “Aku adalah bayangan dari waktu yang hilang, penjaga dari sejarah yang terlupakan,” kata pria itu. “Dan kau, Gabriel, telah melangkah terlalu jauh ke dalam ranah yang bukan milikmu.”
Sebelum Gabriel bisa menjawab, dunia di sekitarnya berputar lagi. Tiba-tiba, dia terlempar keluar dari penglihatan itu, jatuh tersungkur di atas tanah basah dan dingin. Dia tersengal-sengal, menatap sekeliling. Kabut masih tebal, tetapi kali ini, dia bisa melihat wajah-wajah familiar di sekitarnya. Lyra, Eldrin, dan Ibu Marla berdiri di dekatnya, tatapan mereka cemas.
“Apa yang terjadi?” tanya Lyra, membantu Gabriel bangkit.
“Aku melihat sesuatu… seseorang dari masa lalu,” jawab Gabriel, suaranya pelan namun tegang. “Seorang pria berjubah hitam, dia ada di kota kuno itu, dan dia tahu siapa aku. Sepertinya dia salah satu Penjaga Bayangan, atau lebih buruk lagi… dia memegang kekuatan yang lebih besar dari yang kita kira.”
Ibu Marla mengerutkan kening. “Pria itu mungkin bagian dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar Penjaga Bayangan. Jika dia bisa berkomunikasi denganmu melalui kabut ini, ada kemungkinan dia mengendalikan ilusi dan waktu di sekitar kita.”
Eldrin melihat ke sekeliling, matanya menyipit. “Lembah ini memang penuh dengan keanehan, tapi kali ini terasa berbeda. Seolah kita sedang diuji, seperti mereka ingin tahu sejauh mana kita bisa bertahan.”