Melawan Kabut

Langit siang itu menggantung rendah di atas Surakarta, warnanya abu-abu dengan hujan tipis yang belum memutuskan ingin berhenti atau terus turun. Aku mengajak Iliana, putri kecilku, menuju Grojogan Sewu, air terjun di Tawangmangu yang legendaris. Rencana sederhana ini terasa istimewa, karena setiap perjalanan bersama Iliana selalu penuh warna dan kejutan kecil.

“Iliana, kalau mau ketemu monyet nanti di air terjun, harus tidur dulu ya, biar nanti ga ngantuk,” kataku sambil mengusap rambutnya yang halus.

Mendengar itu, ia memandangku dengan tatapan jahilnya, lalu berbaring di kursi belakang mobil sambil pura-pura memejamkan mata. Tapi aku tahu, ia sedang bermain-main. Di balik kelopak matanya yang tertutup setengah hati, aku bisa melihat matanya mengintip pelan-pelan, seolah ingin memastikan aku percaya aktingnya. Aku tertawa kecil sambil menggoda, “Ayo bobo, ga boleh pura-pura.”

Setelah beberapa saat, kantukku sendiri mulai terasa. Perjalanan menuju Tawangmangu menuntut energi, terlebih udara dingin karena gerimis di Surakarta mulai menusuk. Di pinggir jalan belakang UNS, aku berhenti sejenak di penjual kopi keliling untuk membeli kopi. Aroma kopi itu menyeruak, menyegarkan tubuhku yang mulai disergap rasa kantuk.

Perjalanan menuju Tawangmangu penuh dengan pemandangan indah—sawah hijau yang basah karena hujan, bukit-bukit yang diselimuti kabut tipis, dan rumah-rumah kecil yang sesekali muncul di tepi jalan. Iliana akhirnya benar-benar tertidur di kursi belakang, wajahnya tenang, seperti malaikat kecil yang sedang berlayar dalam mimpi.

Ketika kami tiba di Pasar Tawangmangu, hujan mulai turun lebih deras. Pasar yang biasanya ramai terlihat sedikit lengang, hanya beberapa pedagang yang bertahan. Aku memutuskan berhenti sejenak untuk membeli makanan. Sate kambing dari warung Pak Sugeng yang terkenal empuk, dan tongseng kambing dari warung Pak Pur yang kuahnya selalu menggoda lidah. Aku juga membeli beberapa oleh-oleh untuk Iliana—brem Madiun yang manis dan jeruk pomelo segar.

Setelah berbelanja, aku melanjutkan perjalanan menuju Grojogan Sewu. Namun, semakin dekat, hujan semakin menggila. Jalan menuju air terjun itu mulai basah dan licin. Iliana, yang baru terbangun dari tidurnya, memandang keluar jendela. Kami berhenti, menunggu hujan reda. Tapi, hujan tetap keras kepala, menolak kompromi.

Akhirnya, aku memutuskan untuk tak melanjutkan ke air terjun. Kami melanjutkan perjalanan ke perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Saat kami melewati jalanan pegunungan yang berkelok, kabut tebal mulai turun. Udara menjadi semakin dingin. Di dalam mobil, Iliana tampak sangat gembira. “Ili suka dingin,” katanya.

Kabut semakin tebal, jarak pandang hanya sepuluh meter. Jalanan naik turun seperti melodi yang tak pernah usai. Di tengah perjalanan, aku melihat pedagang stroberi di pinggir jalan. Aku berhenti dan membeli stroberi segar. Iliana langsung bersorak kecil, “Ini punya Ili!” katanya sambil memeluk buah stroberi itu erat-erat. Wajahnya berbinar seperti mentari yang muncul di tengah kabut.

Selain stroberi, aku juga membeli sayur daun bawang, ubi Cilembu kesukaannya, dan buah durian untukku. Perjalanan ini mungkin tak seperti yang kami rencanakan, tapi entah kenapa, rasanya lebih seru. Setiap momen kecil menjadi kenangan yang melekat di hati.

Menjelang malam, sebelum pulang ke Surakarta, kami berhenti di Wedangan Lek Man di Banyuanyar. Tempat itu hangat dan penuh aroma nostalgia. Aku memesan jahe panas dengan gula batu, sementara Iliana duduk di pangkuanku, mencicipi telur rebus, menu sederhana yang menjadi lezat karena dimakan bersama.

Hari itu berakhir di bawah langit malam Surakarta. Perjalanan kami memang tidak sampai ke Grojogan Sewu seperti rencana awal, tapi aku sadar, bukan tujuan yang penting, melainkan perjalanan itu sendiri. Iliana mengajarkanku untuk menikmati hal-hal kecil—hujan yang turun deras, kabut yang menyelimuti jalan, dan manisnya stroberi yang baru dipetik. Dalam setiap senyumnya, aku menemukan keindahan yang sederhana tapi abadi.

Ah, Iliana, engkau adalah keajaiban kecilku, dan setiap perjalanan bersamamu adalah petualangan yang tak akan pernah kulupakan.