Malam ini, kami berdiri berjajar di depan sebuah kafe bercahaya. Lampu-lampu yang menggantung di atas kepala menyinari wajah-wajah yang sudah akrab di mataku. Ada yang tersenyum lebar, ada yang mengangkat jempol, ada yang berpose santai, dan ada yang sekadar berdiri dengan tangan terlipat, menikmati momen kecil yang mungkin tak akan terulang dengan cara yang sama.
Kami tidak sedang membicarakan hal-hal besar malam itu. Tidak ada diskusi tentang masa depan, tidak ada pembahasan berat tentang hidup, hanya percakapan ringan, tawa-tawa kecil, dan cerita yang sesekali dipotong oleh bunyi gelas yang beradu di meja. Tapi di balik semua itu, ada sesuatu yang tak terlihat, sesuatu yang selalu hadir di antara kami tanpa perlu diucapkan: doa.
Aku menatap satu per satu wajah mereka. Orang-orang yang sedang berjalan bersamaku dalam berbagai fase hidup. Ada yang telah lama kukenal, ada yang mungkin baru bertemu beberapa waktu lalu, tapi semua terasa dekat. Kami bukan saudara sedarah, tapi dalam diam, ada ikatan yang lebih dari sekadar pertemanan biasa. Aku menyadari sesuatu: doa telah menjadi jembatan di antara kami, meski kami tak selalu menyadarinya.
Doa bukan hanya tentang tangan yang terangkat tinggi di waktu-waktu mustajab, bukan hanya tentang kata-kata yang dirangkai indah dalam sujud panjang. Doa juga ada dalam percakapan-percakapan sederhana yang sering kita abaikan.
“Minum air putih yang banyak, biar sehat.”
“Hati-hati di jalan.”
“Jangan begadang terus, jaga kesehatan.”
“Semoga lancar kegiatanmu ya!”
Kalimat-kalimat itu terdengar biasa saja, seringkali diucapkan sambil lalu, tanpa disadari maknanya. Tapi bukankah itu juga doa? Sebuah harapan tulus yang terucap tanpa pretensi, tanpa meminta balasan, hanya ingin yang terbaik bagi orang lain.
Aku yakin, di antara kami, ada yang diam-diam berdoa dalam sujudnya, “Semoga ia selalu bahagia.”
Ada yang pernah berbisik dalam hatinya, “Semoga urusannya dimudahkan.”
Ada yang mungkin tak pernah mengatakan apa pun, tapi dalam diamnya, berharap, “Semoga kita tetap saling mengingat dalam kebaikan.”
Ramadhan selalu mengajarkan bahwa doa bukan hanya tentang diri sendiri. Ia juga tentang mengingat orang lain dalam hening, tentang memohon yang terbaik bagi mereka meski mereka tak pernah tahu. Ada kekuatan dalam doa yang tak terlihat, yang bekerja tanpa perlu diumumkan, yang menyentuh hati orang-orang yang bahkan tak sadar sedang didoakan.
Malam ini, kami mengabadikan kebersamaan dalam satu foto sederhana. Tidak ada yang tahu ke mana hidup akan membawa kami esok, apakah kami akan tetap sering bertemu, atau perlahan-lahan akan sibuk dengan jalan masing-masing. Tapi aku percaya, sekalipun jarak memisahkan, sekalipun waktu mengubah banyak hal, ada satu hal yang akan tetap ada: doa-doa yang terus berbisik dalam diam, menjaga kami satu sama lain, tanpa perlu dikatakan.
Dan mungkin, itu adalah bentuk kasih sayang yang paling indah—ketika seseorang mendoakanmu dalam sunyi, tanpa pernah kau tahu.