Di tengah hiruk pikuk jalanan yang berdebu, tepat di depan gerbang Asrama Haji Donohudan yang megah namun menyimpan haru perpisahan, sebuah pemandangan ajaib tersaji. Bukan tentang koper-koper besar atau lambaian tangan yang mengiringi kepergian, melainkan tentang tawa riang seorang gadis kecil bernama Iliana.
Iliana, anakku, bagai setitik warna cerah di atas kanvas kehidupan yang kadang kelabu. Hari itu, matanya yang bulat dan bening memancarkan binar kegembiraan yang tak terbendung. Ia duduk tegak di atas punggung Labubu berwarna merah muda yang gagah, bagian dari sebuah kereta ajaib bernama odong-odong.
Odong-odong itu sendiri adalah sebuah mahakarya seni bergerak. Di bawah payung berenda warna-warni yang menari tertiup angin, berjejer aneka kendaraan fantastis: mobil-mobilan dengan mata jenaka, robot-robotan yang tampak ramah, dan tentu saja, Labubu merah muda yang kini menjadi singgasana Iliana. Musik riang mengalun dari pengeras suara kecil, memecah keheningan dan menularkan kebahagiaan kepada siapa saja yang mendengarnya.
Dengan tangan kecilnya yang menggenggam erat setir plastik, Iliana menjelajahi dunia imajinasinya. Di matanya, jalanan di depan Asrama Haji Donohudan mungkin menjelma menjadi sebuah arena balap yang seru, atau mungkin sebuah taman bermain yang penuh kejutan. Senyumnya merekah seperti bunga sepatu di pagi hari, menampakkan deretan gigi susunya yang putih bersih.
Di belakang Iliana, seorang anak lain dengan kacamata cokelat kebesaran tampak menikmati perjalanannya di atas mobil-mobilan berwarna biru cerah. Mereka berdua, dua anak manusia yang polos dan riang, menjadi pusat perhatian di tengah kesibukan orang dewasa. Dunia mereka saat itu hanya sebatas putaran roda odong-odong dan melodi lagu anak-anak yang ceria.
Ah, Iliana, anakku sayang. Melihatmu tertawa di atas odong-odong itu, di depan bangunan yang menjadi saksi bisu kerinduan dan harapan, hati Bapak dipenuhi dengan kehangatan yang tak terlukiskan. Di tengah segala hiruk pikuk kehidupan, engkau mengajarkan Bapak tentang kebahagiaan sederhana, tentang bagaimana sebuah perjalanan singkat di atas Labubu merah muda bisa menjadi petualangan yang tak terlupakan.
Semoga kelak, engkau akan selalu mengingat momen ini, Iliana. Bukan tentang Asrama Haji Donohudan yang megah, tetapi tentang tawa riangmu di atas odong-odong, tentang kebebasan sesaat yang kau rasakan, dan tentang betapa berharganya setiap detik kebahagiaan dalam hidup ini. Karena hidup, nduk, seringkali adalah tentang menemukan keajaiban dalam hal-hal yang paling sederhana, seperti senyummu di atas punggung Labubu merah muda yang berputar-putar di depan Asrama Haji Donohudan.