Pertama: Sambutlah pagi Sabtu dengan enggan. Biarkan selimut menjadi perisai kokoh dari terpaan cahaya mentari. Jangan terburu membuka mata. Dengarkanlah alunan merdu dengkuranmu sendiri, simfoni terindah setelah lima hari berjuang melawan tumpukan pekerjaan. Nikmatilah setiap detik kemalasan yang halal ini.
Kedua: Jika panggilan alam tak tertahankan, bangkitlah dengan gerakan seekor kucing yang malas meregangkan tubuh. Tunaikanlah kewajiban seperlunya, lalu segeralah kembali ke peraduan. Anggaplah kasur sebagai pulau impian, tempat di mana segala beban pikiran menguap bagai embun pagi.
Ketiga: Aturlah posisi ternyaman. Miring ke kanan, ke kiri, telentang seperti bintang laut yang kelelahan. Peluklah guling erat-erat, seolah ia adalah sahabat lama yang selalu setia menemani. Biarkan bantal menjadi awan lembut yang menopang kepalamu.
Keempat: Pejamkan mata perlahan. Kosongkan pikiran. Jangan biarkan ingatan akan tenggat waktu, email yang belum dibalas, atau cicilan yang menanti mengganggu ketenangan. Bayangkan dirimu tengah melayang di angkasa, dikelilingi bintang-bintang yang berkelap-kelip damai.
Kelima: Biarkan mimpi datang menjemput. Mungkin kau akan berpetualang di negeri antah berantah, bertemu dengan tokoh-tokoh khayalan, atau sekadar menikmati kebahagiaan yang tak terungkapkan dalam dunia nyata. Biarkan alam bawah sadarmu menari riang tanpa batas.
Keenam: Jangan terkejut jika terbangun beberapa jam kemudian dengan perasaan segar bagai bunga yang baru disiram hujan. Itu adalah keajaiban tidur siang di hari Sabtu. Dunia terasa lebih cerah, beban terasa lebih ringan, dan semangat untuk menjalani sisa hari kembali membara (walaupun mungkin hanya untuk kembali rebahan).
Ketujuh: Jika hari Sabtu menjelang malam dan kantuk kembali menyerang, janganlah melawan. Itu adalah panggilan alam yang tak bisa diabaikan. Berbaringlah kembali, ucapkan selamat malam kepada dunia, dan biarkan kegelapan membawa kedamaian.