Hari ini langit tampak lebih biru dari biasanya. Angin yang menyentuh kulitku terasa seperti pelukan pertama setelah sekian lama. Hari ini aku boleh pulang dari rumah sakit — dan entah mengapa, dunia di luar itu terasa asing sekaligus akrab, seperti halaman buku lama yang akhirnya kubaca kembali setelah sekian lama tertutup debu.
Langkahku masih pelan, tubuhku belum sepenuhnya kembali seperti semula. Tapi hatiku—ya, hatiku rasanya utuh. Bahkan melebihi sebelum aku sakit. Karena di sana, di tengah tanah lapang yang tak terlalu indah tapi cukup untuk menjadi panggung kecil, berdiri Iliana. Anak perempuanku.
Ia tersenyum, dan dunia yang sempat gelap berhari-hari ini tiba-tiba dipenuhi cahaya. Ia mengangkat mobil mainannya tinggi-tinggi, seolah sedang menunjukkan piala kemenangan. Mungkin itu tanda bahwa petualangan kami belum usai. Atau justru baru akan dimulai.
Aku berdiri terpaku. Bukan karena lelah, tapi karena bahagia yang terlalu besar untuk dijalani seperti biasa. Aku ingin menangis, tapi malah tertawa. Aku ingin bicara, tapi lebih memilih diam dan mengingat setiap detik ini, supaya tak pernah hilang dari ingatan.