Hidup kadang tidak lebih rumit dari segelas matcha dingin yang kita genggam dalam diam. Ada masa ketika kita mengejar hal-hal besar, mimpi yang tinggi, cinta yang sulit, atau jawaban dari pertanyaan-pertanyaan paling sunyi dalam jiwa. Tapi siapa sangka, kebahagiaan bisa turun perlahan dari langit biru, menyelinap masuk ke dalam hati hanya karena segelas kecil minuman hijau di siang yang terik?
Aku duduk di pinggir jalan, diteduhi bayangan pohon yang tidak memilih tempat untuk melindungi siapa. Seperti kasih ibu. Seperti doa nenek. Seperti harapan yang tak pernah benar-benar mati meski dihantam kenyataan. Mamamatcha. Nama itu terdengar lucu. Tapi hidup memang sering begitu, hal-hal lucu menyimpan keseriusan yang rahasia. Rasanya pahit, tapi pahit yang jujur. Bukan pahit seperti hidup yang kita pura-pura tertawakan di depan orang lain.
Di seberang jalan, warung Mie Ayam kecil berdiri sendiri. Tak megah, tak mencolok, tapi ia hadir. Menjadi tempat singgah bagi siapa pun yang lelah. Mungkin seperti kita. Kita ini, pada dasarnya, hanya warung-warung kecil di tengah hidup yang sibuk. Berharap ada seseorang yang datang, berhenti, dan berkata: “Terima kasih sudah tetap ada.” Langit begitu biru hari ini. Seolah Tuhan ingin memberi tahu: “Aku masih melukis langit untukmu, bahkan saat kamu sibuk mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi.” Maka, aku menyeruput Mamamatcha perlahan. Dan aku tahu, hidup tak selalu harus dimengerti. Kadang, cukup dirasakan.