Tidak Ada yang Aku Tulis Hari Ini


Hari ini, aku menatap halaman kosong seperti menatap laut yang kehilangan ombak. Kosong. Hening. Tapi anehnya, bukannya damai, justru aku merasa letih, letih yang tak tahu dari mana datangnya, seperti angin yang tiba-tiba menerbangkan atap rumah di tengah cuaca cerah.

Sudah sekian hari aku menulis jurnal. Setiap malam, aku duduk seperti pengaku di meja tua, mencoretkan cerita-cerita yang tak selalu ingin kutuliskan. Pernah aku berpikir, bukankah menulis seharusnya membebaskan? Tapi kenapa akhir-akhir ini ia terasa seperti membayar utang yang tak pernah lunas?

Aku mencintai tulisan. Dulu. Tapi hari-hari belakangan ini, rasanya aku hanya mengguratkan kata-kata karena takut lupa caranya merasa. Aku mencatat emosi agar tak kehilangan arah, seperti nelayan yang menandai bintang agar tak tersesat pulang. Tapi siapa sangka, mencatat pun bisa melelahkan?

Aku bosan. Tapi tidak ingin berhenti. Karena di tengah kebosanan ini, masih ada secuil harapan bahwa suatu hari nanti, aku akan membaca kembali tulisan-tulisan ini dan berkata, “Lihat, aku pernah merasa seperti ini. Dan aku tidak lari.”

Maka malam ini, aku hanya menulis satu kalimat. Kalimat bodoh, mungkin. Tapi jujur. “Aku bosan menulis hari ini, tapi aku tetap menulis.” Lalu kuletakkan pena. Kubiarkan malam menyambutku tanpa terlalu banyak cerita. Karena kadang, diam pun bisa jadi bentuk tulisan yang paling lantang.