Satu


Aku membuka halaman itu pelan, seolah menyibak tirai realitas yang tak lagi memihak kehidupan. Di hadapanku terbentang sebuah kalimat sederhana namun menghunjam: Udara yang Tak Bisa Dihirup. Kata-kata itu tidak sekadar mengabarkan bahaya ekologis, melainkan menyingkap kerapuhan eksistensi manusia yang dikungkung oleh logika efisiensi dan akumulasi.

Di dunia yang telah dikurung dalam ruang kedap makna, oksigen tak lagi bebas beredar seperti anjing liar yang menggonggong pada bulan. Ia telah dijinakkan, diperdagangkan, diukur dengan satuan parts per million. Aku tinggal dalam ruang yang penuh CO₂, bukan karena aku menginginkannya, tapi karena dunia ini telah dibentuk agar aku tak bisa memilih.

CO₂ bukan hanya gas. Ia adalah bentuk baru dari kekerasan yang tak terlihat, violence without noise. Kekerasan yang tidak datang dengan dentuman, tapi dengan penurunan kognitif perlahan-lahan, dengan rasa kantuk yang samar namun pasti, dengan kepala berat di ruang rapat yang tertutup. Aku merasa bodoh bukan karena aku tak belajar, tetapi karena aku dihirup oleh atmosfer yang penuh beban kapital dan pembakaran.

Aku pikir, mungkin inilah yang disebut sebagai kelelahan ekologis. Dunia yang dulu bisa aku hirup dengan dada lapang, kini menghimpit napasku. Ini bukan sekadar tentang iklim atau lingkungan. Ini tentang kehilangan ruang bagi kontemplasi, bagi napas yang tenang. Di ruang-ruang tertutup itu, kelas, kantor, kabin pesawat, kita menghirup bukan hanya udara, tapi juga tekanan performativitas. Kita menghirup data, target, dan algoritma.

Setiap helaan napas terasa seperti kontrak sosial yang tak pernah kutandatangani. Dunia ini tak hanya kehilangan oksigen; ia kehilangan keheningan. Dan di tengah segala kebisingan itu, aku hanya ingin satu hal: udara yang bisa kuhirup tanpa perlu merasa bersalah, tanpa perlu merasa bersaing.

Namun barangkali, seperti kata halaman ini, udara semacam itu telah lama menjadi kenangan. Yang tersisa hanyalah tubuh yang terus bernapas, karena ia belum mati, meski dunia di sekitarnya telah kehilangan hidupnya.