Bersepeda di Waktu Sore


Di jalan yang memanjang seperti garis nasib ini, aku mengayuh sepedaku menuju matahari yang perlahan tenggelam. Udara senja memelukku dengan hangat yang muram, sementara kendaraan di sekeliling melintas seperti arwah yang sibuk mengejar takdir masing-masing. Tangan kiriku menggenggam setang sebagai satu-satunya jangkar yang menahan aku dari menghilang bersama angin yang menaburkan kesepian di antara papan-papan reklame di pinggir jalan.

Aku menyusuri aspal yang penuh kenangan yang tak pernah kuminta untuk kuingat. Truk bermuatan gelap, motor yang melaju tanpa ragu, dan gedung yang berdiri seolah tahu rahasia yang enggan mereka bisikkan padaku. Langit terbentang bagai halaman terakhir sebuah kitab tua, dengan warna keemasan yang masih berusaha bertahan meski malam sudah mulai menuliskan bab selanjutnya.

Hidup mengajarkan bahwa perjalanan tak selalu memiliki tujuan yang jelas; kadang yang penting hanya terus mengayuh agar tidak tumbang sebelum waktunya.