Pagi itu langit rendah dan berat, seperti menunggu sesuatu yang tak kunjung datang. Aku berjalan di antara jagung yang tinggi, daunnya bergesekan lembut seperti napas yang pelan. Gunung di kejauhan tampak diam, biru dan jauh, seolah tahu sesuatu yang tak akan pernah kuketahui. Udara basah membawa aroma tanah dan sisa hujan, membuat dunia terasa tua dan baru pada saat yang sama.
Langkahku pelan, menyusuri jalan rumput yang diapit air jernih di parit kecil. Pohon-pohon di tepi jalan bergerak sedikit, seperti menunduk, mungkin karena angin, mungkin karena mengenal langkahku. Aku tidak tahu pasti. Hanya saja ada rasa tenang yang datang tanpa alasan, seperti doa yang tak diucapkan.
Di ujung sana, kampung kecil tampak samar di balik kabut. Rumah-rumahnya berdiri diam, menunggu seseorang yang entah siapa. Langit tampak lebih lembut sekarang, lebih jujur. Aku berhenti sejenak, mendengarkan suara air, jangkrik, dan hatiku sendiri. Semuanya terasa cukup.
