Langkah Baru


Hari itu langit tampak seperti menahan napas, seolah tahu bahwa seseorang di antara kami akan pergi. Kami berdiri berdekatan di tangga hitam yang masih lembap oleh hujan subuh. Kami tersenyum untuk kamera, tetapi senyum itu terasa seperti tirai tipis yang menutupi sesuatu yang lebih dalam. Di tengah tawa dan gurauan kecil, aku menatap rekan kami yang akan tugas belajar, dan aku tahu, meski ia berusaha tampak ringan, matanya menyimpan bayangan yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang pernah meninggalkan rumah.

Kami telah melalui begitu banyak hari bersamanya: tumpukan pekerjaan, rapat yang tak berkesudahan, aroma kopi pagi yang selalu datang bersamaan dengan sapanya yang ramah. Ia bukan sekadar rekan kerja; ia adalah benang kecil yang menjahit keseharian kami agar tetap utuh riuh. Kini, benang itu perlahan ditarik keluar, meninggalkan kekosongan yang tak terlihat namun terasa, seperti suara jam dinding yang baru disadari setelah keheningan turun.

Ketika kamera mengklik untuk terakhir kalinya, waktu seolah berhenti. Dalam satu kilatan cahaya, kami memenjarakan kenangan agar tak larut bersama hari. Aku tahu setelah ini ia akan berangkat ke tempat baru, membawa sebagian dari tawa dan cerita kami bersamanya. Namun aku percaya, di setiap langkahnya nanti, gema kebersamaan ini akan terus mengikuti, seperti bayangan yang setia menuntun pulang ke masa ketika kami masih berdiri bersama di tangga itu, tersenyum di antara perpisahan yang manis dan menyakitkan.