Di Balik Meja


Aku duduk di balik meja pelayanan seperti penjaga mercusuar kecil di siang hari, menunggu cahaya berguna meski laut tampak tenang. Kursi berderet rapi, wajah-wajah datang membawa berkas dan harap yang diselipkan di saku baju. Pendingin udara berdengung setia, seperti jangkrik kota yang menandai waktu kerja. Aku merapikan berkas, menyiapkan senyum, dan percaya bahwa setiap nomor antrian adalah cerita yang ingin selesai dengan baik.

Mereka duduk menghadapku dengan mata yang beragam, ada yang cemas, ada yang yakin, ada pula yang lelah. Aku belajar membaca jeda sebelum bicara, memilih kata yang sederhana agar tidak menambah beban. Di ruangan ini, kesabaran punya bentuk, berupa kursi yang dingin, papan informasi yang penuh tulisan, dan suara petugas yang harus tetap jernih. Aku menyadari, melayani adalah seni menahan diri agar orang lain merasa didengar.

Ketertiban mengajarkan keadilan, dan empati membuat aturan terasa manusiawi. Di balik meja sederhana ini, aku percaya kebaikan tidak selalu berwujud besar, kadang ia hadir sebagai kesungguhan yang dilakukan berulang-ulang.