Malioboro Hari Ini


Aku berdiri di lobi, menatap layar televisi yang menggantung sedikit terlalu tinggi. Gambar Malioboro dipenuhi orang, warna pakaian saling bertabrakan, langkah-langkah bergerak tanpa tujuan yang bisa kutangkap. Suara berita mengalir, informatif dan datar, sementara pikiranku melayang ke jalan yang pernah kulalui dengan kecepatan biasa, kini menjadi arus yang padat. Aku tidak ada di sana, tetapi tubuhku bereaksi seolah ikut terdorong oleh kerumunan itu.

Aku memperhatikan wajah-wajah di layar, sebagian menoleh, sebagian menunduk, sebagian hanya mengikuti arus. Ada rasa ingin tahu yang aneh, tentang ke mana mereka semua akan berakhir setelah kamera berhenti merekam. Libur diumumkan sebagai peristiwa, bukan pengalaman. Di ruangan ini, aku sendirian, namun merasa tidak sepenuhnya terpisah. Ada hubungan tipis antara aku yang diam dan mereka yang bergerak.

Keramaian sering tampak sebagai tujuan, padahal ia hanya latar bagi pencarian masing-masing. Dari jarak aman ini, aku mengerti bahwa tidak ikut serta pun adalah pilihan yang sah, dan memahami bahwa makna tidak selalu ditemukan di tengah hiruk, melainkan dalam kesadaran akan posisi diri sendiri.