Pancing Mainan


Iliana duduk di lantai teras setelah mandi, rambutnya masih basah dan menempel di kening. Ia menggenggam mainan kecil berwarna biru, menggerakkannya seperti seorang ahli yang sedang memimpin operasi penting. Mobil dan sepeda di belakangnya menjadi latar yang tak berarti apa apa baginya, karena seluruh dunianya hanya bertumpu pada permainan mungil di depan mata. Aku memperhatikannya dari dekat, mencoba memahami bagaimana seorang anak bisa begitu larut dalam kesederhanaan. 

Setiap gerakan kecilnya terasa seperti bagian dari ritual yang ia ciptakan sendiri. Ia menoleh ke arahku sesekali, seolah memastikan aku masih berada di dunia yang sama dengannya. Lalu ia kembali sibuk, mencelupkan benda-benda kecil ke wadah air merah muda itu, mencampur imajinasi dengan kenyataan tanpa batas yang jelas. Kehadiranku tidak mengganggunya, ia hanya butuh tahu bahwa aku ada di situ, memberi ruang untuk dunianya tumbuh tanpa ia sadari.

Kebahagiaan tidak membutuhkan ruang luas atau benda mahal. Yang dibutuhkan hanyalah kesempatan untuk merasa bebas, merasa aman, dan merasa dicintai.