Pasar Gedhe di Waktu Malam


Lampu-lampu warna hijau, merah, dan kuning menggantung di atas kepalaku seperti serpihan mimpi yang tersangkut di udara malam. Aku berjalan perlahan di bawahnya, mencoba menangkap perasaan yang muncul dari gemerlap tak beraturan itu. Suara langkah orang lain bercampur dengan angin yang membawa aroma jajanan dari sudut jalan. Rasanya seperti memasuki ruang yang tidak sepenuhnya nyata, sebuah tempat yang meminjam sedikit dari dunia ini dan sedikit dari dunia lain. 

Di depanku, seseorang dengan kostum lucu mengangkat tangan, mungkin memberi isyarat pada temannya atau sekadar bermain dengan cahaya yang memantul di pakaiannya. Kendaraan melintas di kejauhan, lampu-lampunya melesat cepat dan kemudian hilang begitu saja. Dalam keramaian itu, ada ruang kecil yang tetap sunyi, ruang tempat pikiranku berjalan sendirian. Aku merasa seperti tokoh sampingan yang tiba-tiba tersesat di panggung besar penuh warna, tanpa tahu adegan apa yang sedang berlangsung.

Melihat cahaya yang tak henti bergerak, aku merasa diajak untuk mengingat bahwa hidup juga dipenuhi hal-hal yang tampak meriah namun rapuh. Semua bisa terasa indah jika kita berhenti sejenak untuk memandangnya tanpa tergesa. Malam itu mengajarkanku bahwa keajaiban sering muncul bukan karena sesuatu yang besar terjadi, tetapi karena kita memberi kesempatan pada diri sendiri untuk melihat dunia apa adanya.