Ia berdiri di antara cahaya lampu yang rapi dan bunga-bunga merah muda yang ditata dengan sabar. Segelas minuman dingin digenggam dengan tangan yang tenang, seperti jeda kecil di tengah hari yang bergerak cepat. Kerudung hitam membingkai wajahnya dengan sederhana, tidak berusaha menonjol, justru memberi ruang bagi ketenangan untuk terlihat apa adanya.
Di sekelilingnya, etalase toko memamerkan pakaian-pakaian terbaiknya, manekin-manekin berdiri tegak tanpa cerita. Namun di momen itu, yang terasa hidup justru langkah yang tertahan sejenak, pandangan yang turun ke meja, dan napas yang tidak tergesa-gesa. Tas yang disampirkan di bahu menjadi penanda perjalanan, bahwa ia sedang berproses, bukan berhenti.
Dari caranya menikmati jeda singkat di ruang publik yang ramai, tampak bahwa ketenangan tidak selalu lahir dari tempat sunyi. Kadang ia hadir di tengah keramaian, pada orang yang tahu kapan harus melambat, kapan harus melanjutkan, dan kapan cukup berdiri diam sambil memegang segelas minuman.
