Sate Krenyos


Siang itu, di bawah kipas angin warung yang berdecit pelan seperti suara nostalgia, aku duduk menatap sepiring krenyos kambing yang mengepul manis dan garang. Aroma asap panggangan menari-nari di udara, membawa ingatan pada pasar malam masa kecilku, ketika setiap bau bumbu serasa ajakan untuk jatuh cinta pada hidup. Ketika aku menggigit potongan pertama, krenyosnya meletup lembut, seperti rahasia kecil yang baru saja diungkapkan oleh dunia.

Di sekelilingku, suara sendok garpu, obrolan pelan, dan tawa orang-orang asing merangkai suasana yang entah bagaimana terasa akrab. Krenyos kambing di hadapanku tampak sederhana, hanya sate yang disajikan dengan bumbu kecap dan taburan garam yang mengilap seperti pasir pantai saat tersentuh matahari. Namun setiap tusuknya seolah membawa cerita panjang dari tangan penjual, bara arang, dan perjalanan panjang rempah-rempah Nusantara. Aku makan perlahan, menikmati bunyi renyahnya yang seakan menjadi musik kecil pesisir dalam hidupku yang kadang terlalu berisik.

Kebahagiaan sering kali lahir dari hal yang paling sederhana, sepotong makanan yang jujur, dibuat dengan ketelatenan, dan dinikmati dengan hati yang lapang. Dunia mungkin luas dan penuh kejar-kejaran, tetapi ada saatnya kita hanya perlu duduk, mengunyah perlahan, dan mengingat bahwa hidup bisa sesederhana menikmati krenyos kambing di siang yang tenang.