Aku berdiri di seberang jalan, memperhatikan pagar cokelat tinggi dengan tulisan A4 yang sederhana. Di depannya, Nana dengan Iliana yang berdiri kikuk, seolah dunia mereka berhenti tepat di titik itu. Sepeda kecil berwarna merah muda tergeletak di samping pagar abu-abu, tampak kelelahan setelah perjalanan yang mungkin hanya berputar putar di depan rumah. Langit sore menggantung pucat, memberi kesan bahwa waktu sedang menahan napas.
Aku tidak mendengar percakapan mereka, tetapi aku bisa menebaknya. Ada nada lembut yang tak membutuhkan suara, ada pengertian yang tak perlu dijelaskan. Nana mengatur sesuatu pada kaki Iliana, atau mungkin hanya memastikan ia baik-baik saja. Iliana menunggu dengan sabar, seperti seseorang yang percaya bahwa dunia akan selalu menyediakan tempat aman selama ada tangan yang menemaninya. Rumah-rumah di sekitar mereka berdiri rapi, tetapi momen kecil itu terasa jauh lebih penting daripada arsitektur mana pun.
Aku memahami bahwa rumah bukan hanya soal tembok dan pagar. Rumah adalah kesediaan untuk berhenti agar yang kecil merasa diperhatikan, dan keyakinan bahwa kebersamaan sederhana dapat memberi rasa aman yang akan diingat jauh lebih lama daripada alamat mana pun.
